artikel

Penentuan Golongan Darah dengan Sistem Elektronik


Pengelolaan darah sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium klinik yang bertujuan untuk mengidentifikasikan jenis golongan darah. Salah satu cara  untuk menentukan jenis golongan darah manusia adalah dengan menggunakan sistem A, B, dan O. Secara manual, cara penentuan golongan darah manusia adalah dengan cara memberikan antisera pada sampel darah dan membandingkannya dengan sampel darah lain. Hal ini tentu akan menjadi rumit dan memerlukan perhatian ekstra apabila sampel darah yang hendak diuji jumlahnya cukup banyak. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan alat bantu elektronik yang dapat membaca dan menentukan jenis golongan darah manusia dengan sensitifitas dan tingkat keakuratan yang tinggi serta tampilan digital agar mudah dalam pembacaan dan pendataan. Dengan latar belakang tersebut, maka salah satu bentuk pengembangan peralatan elektronik dalam bidang kedokteran (instrumentasi medis), yaitu “ PENENTUAN GOLONGAN DARAH MANUSIA DENGAN SISTEM ELEKTRONIK”.
Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut. Teteskan sampel darah yang hendak di uji pada dua titik darah pada kaca prefarat, kemudian teteskan antisera A pada titik 1 dan antisera B pada titik 2. Langkah selanjutnya, letakkan kaca prefarat di atas piringan putar. Tunggu beberapa saat sampai sampel darah tepat di atas sensor darah, kemudian lihat hasilnya pada penampil led. Tampilan dari penampil adalah jenis golongan darah yang sedang di uji, apakah golongan darahnya A, B, O, atau AB.
Bagian utama dari perangkat ini adalah sensor darah, yang meliputi led dan photo transistor. Adapun analisis penentuan golongan darah secara elektronik adalah sebagai berikut. Sepasang led dan photo transistor diperlukan untuk mendeteksi proses aglutinasi pada dua titik darah pada sampel uji. Led memancarkan cahaya yang akan menembus sampel darah, dan sebuah photo transistor diperlukan untuk menerima cahaya dari led yang telah menembus sampel darah. Dalam hal ini cahaya yang digunakan adalah cahaya inframerah, sehingga led yang digunakan adalah jenis led yang dapat memancarkan cahaya infra merah dan photo transistor yang digunakan adalah photo transistor yang hanya dapat menerima cahaya infra merah saja. Penggunaan cahaya inframerah bertujuan agar sistem (dalam hal ini sensor) Besarnya intensitas cahaya pada 2 titik sampel darah akan berbeda-beda, tergantung pada ada tidaknya proses aglutinasi. Jika pada salah satu titik sampel darah tidak ada proses aglutinasi, maka intensitas cahaya yang di terima oleh photo transistor akan berkurang dan menyebabkan tegangan keluaran sensor menjadi rendah. Jika pada titik sampel darah yang lain ada proses aglutinasi, maka intensitas cahaya yang di terima photo transistor akan bertambah dan menyebabkan tegangan keluaran sensor menjadi bertambah.
Author : Haryono Budi Susilo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar